Senin, 10 Januari 2011

Ikan Nila Hitam
(Oreochromis niloticus bleeker)


I. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Classis : Osteichtyes
Ordo : Perciformes
Family : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Species : Oreochromis niloticus bleeker

II. Deskripsi
Ikan nila hitam (Oreochromis niloticus bleeker) merupakan ikan peliharaan yang berukuran sedang, panjang total (moncong hingga ujung ekor) mencapai sekitar 30 cm. Sirip punggung (pinnae Dorsalis) dengan 16-17 duri (tajam) dan 11-15 jari-jari (duri lunak), dan sirip dubur (pinnae Analis) dengan 3 duri dan 8-11 jari-jari.
Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap melintang (belang) yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor bergaris-garis tegak, 7-12 buah. Tenggorokan, sirip dada, sirip perut, sirip ekor dan ujung sirip punggung berwarna merah atau kemerahan (atau kekuningan) ketika musim berbiak.
Ikan nila yang masih kecil belum tampak perbedaan alat kelaminnya. Setelah berat badannya mencapai 50 gram, dapat diketahui perbedaan antara jantan dan betina. Perbedaan antara ikan jantan dan betina dapat dilihat pada lubang genitalnya dan juga ciri-ciri kelamin sekundernya. Pada ikan jantan di samping lubang anus terdapat lubang genital yang berupa tonjolan kecil meruncing sebagai saluran pengeluaran kencing dan sperma. Tubuh ikan jantan juga berwarna lebih gelap, dengan tulang rahang melebar ke belakang yang memberi kesan kokoh.

Telur ikan nila berbentuk bulat berwarna kekuningan dengan diameter sekitar 2,8 mm. Sekali memijah, ikan nila betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 300-1.500 butir, tergantung pada ukuran tubuhnya. Ikan nila mempunyai kebiasaan yang unik setelah memijah, induk betinanya mengulum telur-telur yang telah dibuahi di dalam rongga mulutnya. Perilaku ini disebut mouth breeder (pengeram telur dalam mulut).
Ikan nila merupakan jenis ikan pemakan segala (omnivora), pemakan plankton, sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air.
Karena mudahnya dipelihara dan dibiakkan, ikan ini segera diternakkan di banyak negara sebagai ikan konsumsi, termasuk di berbagai daerah di Indonesia. Akan tetapi mengingat rasa dagingnya yang tidak istimewa, ikan nila juga tidak pernah mencapai harga yang tinggi. Di samping dijual dalam keadaan segar, daging ikan nila sering pula dijadikan fillet.
III. Habitat dan Biogeografi
Ikan nila hitam (Oreochromis niloticus bleeker) adalah sejenis ikan konsumsi air tawar, dan kini menjadi ikan peliharaan yang populer di kolam-kolam air tawar di Indonesia. Genus Oreochromis memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi dan toleransi terhadap kualitas air pada kisaran yang lebar. Anggota-anggota genus ini dapat hidup dalam kondisi lingkungan yang ekstrim sekalipun, karena sering ditemukan hidup normal pada habitat-habitat di mana jenis ikan air tawar lainnya tak dapat hidup.
Ikan ini sangat peridi (mudah berbiak). Secara alami, ikan nila (dari perkataan Nile, Sungai Nil) ditemukan pada tahun 1969 mulai dari Syria di utara hingga Afrika timur sampai ke Kongo dan Liberia, yaitu di Sungai Nil (Mesir), Danau Tanganyika, Chad, Nigeria, dan Kenya. Diyakini pula bahwa pemeliharaan ikan ini telah berlangsung semenjak peradaban Mesir purba.

IV. Siklus Hidup
Siklus hidup ikan nila merah melewati lima fase kehidupan, yaitu telur, larva, benih, konsumsi, dan induk. Ciri setiap fase berubah. Demikian juga dengan bentuk dan ukuran tubuh serta sifat-sifatnya. Semua fase dilewati dalam waktu yang berbeda-beda.
a. Fase Telur
Fase telur merupakan fase awal kehidupan nila hitam, dimana bakal anak itu baru dikeluarkan induknya. Fase ini dicirikan dengan bentuknya yang bulat, berwarna kuning dan bersifat tidak melekat. Telur nila hitam berdiameter antara 2 – 2,5 mm. setiap butir memiliki berat rata-rata 0,02 mg.
a. Fase Larva
Fase telur merupakan masa kritis dan dilewati selama 6 – 7 hari atau tergantung suhu air, kemudian berubah menjadi fase larva yang masih memiliki kuning telur atau makanan cadangan. Fase itu dilewati selama 2 – 3 hari. Selama fase itu tidak memerlukan pakan dari luar, tetapi akan menghabiskan makanan cadangan itu.


b. Fase Benih
Dari fase larva berubah menjadi fase benih. Panjang dan berat tubuh berubah setiap saat. Dalam sebulan larva berubah menjadi benih berukuran panjang antara 2 – 3 cm dengan berat antara 0,8 – 1,2 gram. Sebulan kemudian panjang dan beratnya berubah menjadi 4 – 8 cm dengan berat antara 3 – 6 gram.
c. Fase Konsumsi
Pada umur tiga bulan benih tersebut bertambah besar hingga mencapai panjang antara 10 – 12 cm dengan berat 15 – 20 gram. Tiga bulan kemudian atau pada umur 6 bulan dari telur, nila hitam sudah mencapai fase konsumsi, yaitu ukuran ikan yang umum dimakan oleh orang. Konsumsi ini biasanya berukuran panjang antara 15 – 20 cm dengan berat antara 300 – 400 gram.
d. Fase Induk
Pada ukuran ini sebenarnya nila hitam sudah menjadi calon induk dan mulai belajar untuk memijah, namun untuk menjadi calon induk yang baik harus ditunggu 1 – 2 bulan kemudian. Fase induk atau masa produktif induk berlangsung selama 1 – 1,5 tahun. Setelah itu berubah menjadi fase yang tidak produktif, dimana induk masih bisa memijah, tetapi kualitas anaknya sudah kurang baik.

V. Keistimewaan
a. Ikan nila merupakan sumber protein hewani
Ikan nila, khususnya ikan nila hitam mengandung protein hewani yang tinggi dan harganya pun relatif murah bagi konsumsi manusia. Karena budidayanya mudah, harga jualnya juga rendah. Budidaya dilakukan di kolam-kolam atau tangki pembesaran. Pada budidaya intensif, nila tidak dianjurkan dicampur dengan ikan lain karena memiliki perilaku agresif.
b. Ikan nila sebagai pengendali nyamuk
Ada beberapa alasan mengapa ikan nila memiliki prospek yang positif dalam program pengendalian nyamuk. Yakni ikan-ikan tersebut dapat hidup di air tawar, payau, dan bahkan air laut. Bahkan, berbagai spesies nila mempunyai kemampuan memakan jentik nyamuk yang cukup tinggi, seperti kemampuan nila hitam dalam mengendalikan populasi jentik nyamuk.
Ikan nila telah dipakai sebagai agen pengendalian jentik nyamuk vektor malaria di Cina, Somalia, dan Ethopia. Ternyata ikan tersebut dapat menurunkan populasi nyamuk terutama vektor malaria yang mempunyai tempat perindukan yang terbatas seperti kolam ikan dan reservoir air. Di daerah pantai Guangxi yang ada di Cina, terutama pada daerah perkampungan nelayan itu, penanggulangan nyamuk dengan menggunakan ikan pemakan jentik berhasil dengan baik, sebab rata-rata yang dijadikan tempat perindukan nyamuk adalah berupa penampungan air rumah tangga.
di Somalia jenis ikan nila ini digunakan secara nasional untuk pengendalian nyamuk malaria di tempat perindukan. Sedangkan masyarakat Ethiopia memiliki kebiasaan memasukkan ikan di dalam tempat penampungan air yang disebut dengan brika, sehingga berdampak pada tidak ditemukan jentik nyamuk dan larva hewan lainnya.
Untuk konteks Indonesia sendiri, telah dilakukan penelitian di Sihepang Tapanuli Selatan dan Desa Sukaresik Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis Jawa Barat, hasilnya membuktikan bahwa ikan nila hitam dapat menurunkan populasi larva Anopheles. Hal ini disebabkan karena media biaknya telah dikonsumsi ikan, tidak adanya jasad renik dan tanaman air akan menghalangi kehadiran jentik nyamuk. Dari sini, tentu akan berdampak positif terhadap semakin kecilnya kemungkinan terjadi kontak gigitan nyamuk dewasa dengan manusia, sehingga diharapkan dapat menekan kejadian penularan malaria.
Akhirnya, melalui pemanfaatan tempat perindukan nyamuk sebagai lahan budidaya ikan nila, maka dampaknya ikan menjadi kenyang, sementara jentik nyamuk hilang, sehingga nyamuk dewasanya menjadi berkurang kepadatannya dan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk pun jadi berkurang.
c. Manfaat ikan nila hitam, selain sebagai pengendali hayati terhadap jentik nyamuk, juga melalui budidaya ikan ini dapat meningkatkan pendapatan pengelola tambak. Sebab, usaha budidaya ikan ini jelas-jelas mempunyai nilai ekonomi. Misalnya, memberikan tambahan penghasilan bagi penduduk setempat dalam menggunakan pakan, apalagi ikan ini bersifat omnivora (pemakan hewan dan tumbuhan), dan mempunyai kemampuan memakan yang cukup tinggi. Sehingga tidak aneh dikalangan para peternak ikan ada ungkapan, “Sekali dikembangkan pada tempat yang cocok, populasinya akan berkembang sendiri secara terus menerus, biaya pemeliharaan relatif murah, tidak mencemari lingkungan, dan dapat dibudidayakan pada rawa-rawa yang memiliki banyak tanaman air.”
d. Mamiliki tingkat pertumbuhan dan fekunditas (tingkat kesuburan untuk menghasilkan sejumlah telur) tinggi.
e. Memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik.
f. Memungkinkan lebih toleran terhadap kisaran nilai salinitas (kadar garam) air yang tinggi.
g. Lebih tahan terhadap serangan penyakit.
h. Memiliki risiko kematian sangat kecil.
i. Belum terjangkit virus.
j. Harganya relatif terjangkau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar